Merawat Budaya Leluhur Dalam Pusaran Modernitas
Modernitas datang ditandai dengan sikap instan dan serba meninggalkan budaya yang dianggap tak sesuai dengan akal. Tapi, di dalam beberapa kebudayaan kita masih ada yang mewarisi budaya leluhur meski terus didesak oleh arus globalisasi, sebagaimana yang terjadi di Kampung Mahmud. Kampung adat yang terletak di wilayah barat ibukota ini ternyata masih taat pada petuah leluhur.
Sekian petuah yang masih langgeng dilaksanakan oleh masyarakat disana yakni: tak membangun rumah yang bertembok dan berkaca. Jika mendirikan rumah dilarang menggunakan bahan material seperti genting dan tembok. Serta penggunaan kaca pada rumah. Masyarakat setempat hanya boleh membangun tempat tinggal ala klasik: rumah panggung dari bambu dengan beratap ijuk.
Secara historis, menurut tokoh adat setempat, perkampung yang berada di desa Mekar Rahayu kabupaten Bandung ini merupakan tanah rawa yang dikelilingi area bermagnet yang sulit dibangun dengan beton serta kaca. Tapi ada saja warga yang melanggar: tak mau hidup beratap jerami. Sebagian dari mereka membangun rumahnya dari semen dan berkaca. Tak lama petaka datang: dari kejadian rumah rusak hingga terjadi kecelakaan yang menimpa anggota keluarganya.
Dengan kejadian aneh tersebut penduduk setempat selalu mengaitkan dengan ajaran leluhur mereka, Eyang Abdul Manaf, keturunan kedelapan dari Syarif Hidayatullah. Kini, penduduk Kampung yang bermukim di delta sungai Citarum ini merasa takut untuk melanggar wasiat dari pendahulunya. Maka yang patut kita garisbawahi: meski hidup di zaman modern, merawat petuah para leluhur tak ada salahnya. Mengabaikannya sama saja menghilangkan budaya darimana Anda berasal.
Lebih lanjut tentang:
Tidak Ada Komentar