Cinta Budaya Dengan Berjiwa Musik Batak
Siapa bilang anak muda terlihat kuno dengan budaya tradisi? Michael dan Haspo, anak Batak berbakat mencurahkan rasa bangga akan kebudayaan Indonesia lewat musik untuk disosialisasikan. Mereka akui budaya Sumatera Utara betapa memesona dan amat kaya.
Michael Boni Sitohang berasal dari Batak Toba tepatnya daerah Pakkat. Tak lancar gunakan bahasa Batak namun mengerti arti pembicaraan bahasa tersebut. Banyak alat musik yang dikuasai Michael akan tetapi penjiwaannya lebih ke instrumen tiup. Pengetahuan tentang budaya Batak sangat ia kuasai walaupun lahir di Parungpanjang, Bogor, dan besar di Tangerang.
Minat untuk lestarikan budaya tradisi sudah terpatri sedari kecil, ia ingin kenalkan budaya daerahnya ke masyarakat, musik Batak dipelajari sejak umur 7 tahun. Kemampuannya pada alat musik Gondang Bolon, sangat mahir memainkan Sulim, Sarune Etek, Sarune Bolon, dan Sordam. Mahasiswa Seni Musik Universitas Negeri Jakarta ini sering mementaskan permainannya di berbagai pertunjukan termasuk ritual adat Batak.
Sedangkan Haspo Joni Sinambela lahir dan besar di Sidikalang. Berasal dari daerah Pakpak, Dairi, namun lebih fasih berbahasa Batak Toba. Mahasiswa Seni Musik Institut Kesenian Jakarta ini sebelumnya mengenal alat musik tradisional Batak hanya sekadar iseng, sempat belajar musik modern seperti flute dan piano di sekolah menengah musik.
Mulai serius pelajari musik Batak setelah ia di Jakarta pada 2014 lalu saat bertemu dengan seniman Batak berprestasi, Martahan Sitohang. Haspo sudah sering pentas di acara atau kegiatan berproses dalam kesenian. Baginya, Batak yang menjadi tanah kelahiran adalah jiwanya, musik Batak sudah menjadi bagian dari dirinya.
Dua pemuda menginspirasi yang patut diapresiasi ini membuktikan pada kita bahwa mengenali budaya tradisional dan mengekspresikannya melalui kegemaran dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan dan hasilkan decak kagum melalui karya.
Lebih jauh tentang:
Tidak Ada Komentar