Bincang #KodeNusantara “Menelisik Sains di Balik Budaya Tradisi Nusantara”
Yogyakarta, 20 Februari 2017 – Sobat Budaya Pusat dan Sobat Budaya regional Yogyakarta mengadakan bincang kode nusantara dengan tema “Menelisik Sains di Balik Budaya Tradisi Nusantara. Acara tersebut diselenggarakan di Rumah Kreatif Yogya, Jl Sagan Timur No. 123, Yogyakarta. Pada kesempatan tersebut turut hadir Ketua Sobat Budaya Pusat, Siti Wulandari dan Ketua Sobat Budaya Yogyakarta, Sapto Tanoyo Poedjanarto.
Acara diawali dengan pemaparan GSDB dan pentingnya budaya tradisi di Indonesia. Buku Kode-Kode Nusantara mengajak pembaca untuk menggali informasi yang terkodekan dalam raga mekspresi budaya yang sebagian sudah akrab dalam keseharian pembaca yang dilihat sebagai bentuk tradisi, permaian tradisional (dolanan), objek wisata maupun kebiasaan sosial rutin orang Indonesia.
Berawal dari sebuah gagasan untuk membentuk gerakan sejuta data budaya (GSDB) yang di inisiasi oleh kawan-kawan Sobat Budaya sebagai bentuk upaya pendataan budaya Indonesia dan dikembangkan menjadi riset ilmiah bersama dengan Bandung Fe Institute, hal ini menghasilkan temuan bahwa terdapat sains dan ilmu pengetahuan matematis dibalik keaneka ragaman kekayaan budaya tradisi Nusantara. Hasil temuan inilah yang dikompilasi dalam sebuah buku yang berjudul “Kode-Kode Nusantara.”
Buku ini memberikan kesaksian penelitian kompleksitas bahwa adanya pengetahuan yang terkuak ketika kita berhenti melihat budaya sebagai tradisi belaka. Jejak-jejak matematika dalam batik, geometri semesta alam dalam ukiran tradisional, rekayasa teknologi pada warisan arsitektur, dan pola-pola nada menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang begitu luar biasa.
Buku Kode-Kode Nusantara bukan hanya membahas tentang jejak matematika dalam pola batik, namun juga meenganyam untai evolusi budaya nusantara, yang merupakan eksplorasi variasi motif-motif anyaman yang baru. sebuah penelitian yang memodelkan proses menganyam sebagai otomata selular telah dilakukan. Penelitian itu bertajuk “Anyam Otomata”.
Riset tersebut menunjukkan bahwa, jika kita memiliki 2 warna berbeda, dan hanya dua persilangan lusi dan pakan yang dipertimbangkan dalam proses menganyam, maka hanya setengah dari 256 peluang aturan mikro yang mungkin untuk menjadi motif anyam-anyaman. Hasilnya adalah lebih seratus pola-pola unik baru yang dapat di-eksplorasi oleh pengrajin anyam-anyaman tradisional, di luar motif-motif yang selama ini mereka kenal. Eksplorasi ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2013 di kalangan pengrajin tradisional Banjarbaru, Kalimantan Selatan, dalam sebuah workshop yang diprakarsai Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
Tidak Ada Komentar