Mengenal Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat Sebuah Dukuh dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Ronggeng Dukuh Paruk merupakan novel karya Ahmad Tohari yang merupakan sastrawan dan budayawan asal Banyumas. Novel ini menceritakan kehidupan seorang ronggeng di Dukuh Paruk bernama Srintil yang menggatikan ronggeng terdahulu yang sudah meninggal. Bagi sebuah dukuh kecil seperti dukuh Paruk, karena ronggeng merupakan lambang kehiupan. Karena tanpa adanya sebuah ronggeng, sebuah dukuh akan kehilangan jati dirinya.
Srintil menjadi seorang tokoh yang amat terkenal di dukuh tersebut. Rupanya yang cantik dan menggoda membuat banyak orang yang ingin berjoget dan tidur bersamanya. Namun karena masalah politik yang terjadi pada tahun 1965, membuat pedukuhan tersebut ditahan karena dianggap sebagai pengkhianat negara, tak terkecuali Srintil. Namun karena kecantikannya, Srintil tidak dilakukan semena-mena seperti tahanan lainnya.
Setelah bebas dari tahanan, Srintil berhasrat memperbaiki citra dirinya. Ia tidak ingin lagi melayani lelaki manapun dan menjadi wanita yang baik. Sepercik harapan pun muncul saat ia bertemu teman masa kecilnya yang bernama Rasus. Namun kehidupan Srintil kembali terhempas , dan kali ini akan membuat jiwanya hancur.
Novel yang pertama kali diterbitkan tahun 1982 ini banyak mengandung unsur kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan perdesaan/dukuh di Jawa. Selain itu novel ini juga menceritakan bagaimana masih kentalnya Hindu dan Budha di tengah berkembangnya Islam di tengah masyarakat. Seperti ritual tari Tayuban yang dilakukan oleh para pria sebagai tanda hormat kepada dewi padi yaitu Dewi Sri.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk sendiri sudah diadaptasi ke dalam film sebanyak 2 kali. Pertama pada tahun 1983 diperankan oleh Ray Sahetapi dan Enny Beatrice dengan judul Darah dan Mahkota Ronggeng. Kedua pada tahun 2011 dengan judul Sang Penari yang diperankan oleh Prisia Nasution dan Oka Antara.
Film Sang Penari sendiri sudah memenangkan banyak penghargaan, yaitu Pemeran Utama Wanita Terbaik, Film Terbaik, dan Sutradara Terbaik pada pagelaran Festival Film Indonesia tahun 2011. Selain itu film Sang Penari sendiri diajukan dalam nominasi film bahasa asing terbaik dalam pagelaran Academy Award.
Bagi para pemuda Indonesia yang mencintai budaya Nusantara, novel dan adaptasi film Ronggeng Dukuh Paruk sangat dianjurkan untuk dibaca dan ditonton. Novel dan filmnya yang kaya akan kebudayaan dan kesenian Indonesia, dan kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan dan kebudayaan masyarakat suatu dukuh di Indonesia, khususnya Jawa.
Tidak Ada Komentar