5 Filosofi Hidup di Balik Kapal Phinisi
“Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarungi luas samudera
Menerjang ombak, tiada takut
Menembus badai, sudah biasa…..”
Penggalan lirik diatas tentunya sangat akrab dengan dunia kita di waktu kecil. Yap! Dari Sabang sampai Merauke dihubungkan oleh laut. Mau tidak mau sejak kecil kita pasti sudah sadar bahwa negeri kita kita adalah Negara maritim. Tentu tidak mengherankan kalau kita punya lagu anak – anak yang bertemakan pelaut. Selain nenek moyang kita yang dikenal sebagai pelaut ulung, taukah kamu kalo kita juga punya kapal tradisional khas yang sampai sekarang masih dikenal seantero dunia? Ya! kapal Phinisi. Konon kapal tersebut memiliki filosofi hidup yang dapat kita pelajari hingga saat ini lho. Penasaran? Yuk simak!
Kapal Phinisi adalah kapal layar tradisional kebanggan Indonesia yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan. Lebih tepatnya dari desa Bira Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Phinisi merupakan kapal layar dengan dua tiang dan memiliki tujuh layar. Dua tiang layar utama ini konon berarti dua kalimat syahadat yang dipercaya oleh umat Islam dan tujuh buah layar merupakan jumlah dari surah Al-fatihah. Phinisi sendiri memiliki filosofi hidup yang dapat kita amalkan, sejak dari sebelum proses pembuatan hingga proses akan berlayar. Berikut nilai – nilai yang dapat kita pelajari dari sebuah kapal phinisi.
Gotong Royong
Dalam proses pembuatan kapal phinisi setidaknya membutuhkan 5 – 8 orang untuk merangkai kapal tersebut. Nilai gotong royong satu sama lain telah ditanamkan sejak dahulu kala yaitu kerja secara bersama – sama dan saling percaya satu sama lain tentu lebih baik daripada bekerja sendirian.
Percaya pada proses
Membuat sebuah kapal phinisi tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Pengerjaan kapal phinisi sendiri kurang lebih selesai selama enam bulan hingga satu tahun. Dari lamanya waktu pembuatan ini tentu ada kalanya kita bosan atau jenuh, namun semua kejenuhan tersebut akan terbayar nantinya. Satu hal yang dapat kita petik yaitu tetap percayalah dengan proses yang ada karena usaha dan ketekunan tentu akan menghasilkan hasil yang maksimal.
Keindahan
Nilai keindahan tercermin dalam bentuk kapal phinisi yang gagah namun tetap artistik. Ini menandakan bahwa sejak dahulu kala Indonesia memang bangsa yang memiliki jiwa seni yang tinggi.
Etos Kerja
Nilai ketelitian atau etos kerja tercermin dalam pemotongan kayu yang harus tepat. Seperti mata kampak atau gergaji harus tepat pada arah urat kayu. Selain itu harus dilakukan oleh orang yang kuat dan memiliki perhitungan yang teliti karena ketika pemotongan dengan gergaji harus dilakukan sekaligus tanpa boleh berhenti.
Religi
Nilai religi tercermin dari diadakannya ritual khusus sejak sebelum proses pembuatan kapal hingga doa ketika perahu akan diluncurkan ke lautan. Maksud dari hal tersebut semua hal yang diusahakan oleh manusia tetap membutuhkan restu dari Sang Maha.
Wah, semoga kita dapat terus mewariskan ilmu – ilmu tersebut kepada anak cucu kita kelak ya!
Tidak Ada Komentar