Kalender Saka Bali: Tonggak Kehidupan Masyarakat Dewata
Apa sih yang pertama kali terlintas di benak anda ketika mendengar kata kalender?
Sebagian besar dari kita pasti berpikir bahwa kalender secara sederhana merupakan acuan penentuan waktu yang membantu kita untuk melihat tanggal, hari, bulan dan tahun. Pandangan ini tentu saja didapatkan karena kalender Masehi yang sehari-hari digunakan oleh sebagian besar masyarakat kita hanya memuat informasi-informasi tersebut.
Namun, tahukah kalian bahwa kalender Saka Bali yang sampai saat ini masih eksis digunakan memiliki fungsi yang jauh lebih kompleks dibandingkan kalender yang kita kenal pada umumnya? Sebelum lebih jauh membahas kalender, mari kita tengok sedikit bagaimana masyarakat Bali menjalani kehidupannya.
Masyarakat Bali secara radiks memegang sebuah konsep kehidupan yang sangat mendambakan keharmonisan. Mereka memercayai bahwa semesta ini akan harmonis ketika manusia dapat menjaga hubungan baiknya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam semesta secara berimbang. Konsep ini sangat berpengaruh pada tatanan norma adat istiadat yang terwariskan secara turun temurun, serta mewujud dalam berbagai kegiatan yang menunjukan betapa rumitnya hubungan antara lingkungan binaan, pengaturan alam serta kehidupan sosial keagamaan. Konsep ini dikenal dengan istilah Tri Hita Karana.
Sebagai salah satu contoh kegiatan yang merupakan wujud dari Tri Hita Karana, mari pandang ritual meng-haturkan sarana upacara yang dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali dalam upacara tertentu. Mula-mula mereka tentu saja memerlukan bahan-bahan mentah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (janur, bunga, dedaunan dll), serta terkadang disertai persembahan hewan berupa ayam, bebek atau yang lainnya. Pengerjaan sarana tersebut pada umunya dikerjakan secara bergotong royong sebelum pada akhirnya dihaturkan. Kita dapat melihat bahwa dengan adanya upacara lengkap dengan berbagai sarananya, masyarakat dituntut untuk dapat menyediakan bahan-bahan mentah yang secara tidak langsung pula menuntut suatu bagian masyarakat tertentu untuk menanam atau memelihara bahan bakal sarana tersebut. Lalu dalam proses pengerjaannya yang tak jarang membutuhkan lebih dari satu orang menyediakan ruang bagi masyarakat untuk saling berinteraksi dan menjalin relasi sosial. Dan yang terakhir, proses menghaturkan sesajen ini merupakan bentuk ekspresi rasa syukur atas apa yang dikaruniai oleh Sang Pencipta.
Selanjutnya, bisakah kalian bayangkan bahwa dari sekian banyak upacara yang ada di Bali, bagaimana masyarakat terdahulu mengatur agar bahan pembuat sarana upakara selalu tersedia? Bagaimana mereka mengatur waktu-waktu upacara sehingga masyarakat tetap bisa bekerja dan juga tetap bisa melaksanakan kewajiban sebagai umat Hindu Bali? Atau misalkan, bagaimana mengatur waktu upacara-upacara tertentu agar tidak terlaksana saat hujan tiba?
Kalender Saka Bali adalah solusi yang diupayakan oleh para nenek moyang masyarakat Bali sejak sekitar 2 abad silam untuk mengatasi berbagai permasalahan pengaturan waktu dalam berbagai kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Kalender ini tersusun atas penggabungan sistem perhitungan berdasarkan revolusi bumi mengintari matahari (Solar System) dan revolusi bulan mengintari bumi (Lunar System), serta penambahan elemen-elemen perhitungan lokal yang masih digunakan sampai saat ini. Keistimewaan Kalender Saka Bali dapat dilihat pada termuatnya berbagai perhitungan lokal yang menjadi acuan untuk menentukan waktu terbaik dalam melakukan suatu kegiatan seperti menanam padi, panen, melaut, membangun rumah, menjadi tonggak acuan untuk upacara atau ritual tertentu, memprediksi sifat seseorang, sampai dengan memprediksikan keadaan cuaca lengkap beserta anomalinya.
Dengan adanya kalender ini, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sarana upacara akan selalu tersedia setiap kali dibutuhkan, berbagai buah-buahan akan melimpah ruah ketika upacara-upacara besar di Bali akan terlaksana, menanam padi akan tepat sesuai dengan cuaca sehingga kecil kemungkinan gagal panen, berbagai upacara ataupun ritual adat terjadwal dengan rapi, serta berbagai macam keuntungan lain sehingga terjadi keharmonisan antara umat manusia dengan Sang Kala (Sang Waktu) di Bali.
Sangat menarik bukan?
Info lebih lanjut
Tidak Ada Komentar