Tabuik; Festival Unik Masyarakat Pariaman
Tabuik merupakan salah satu perayaan lokal yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat khususnya di Kota Pariaman. Festival ini diselenggarakan untuk memperingati hari wafatnya Husein Bin Ali, cucu dari Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 10 Muharram. Festival Tabuik berasal dari bahasa Arab, yaitu “Tabut” yang berarti peti kayu. Nama ini terwujud berdasarkan legenda yang mengatakan bahwa pada saat Huzein Bin Ali meninggal, terlihat seekor buraq (makhluk bersayap berkepala manusia) yang membawa kotak peti kayu berisikan potongan jenazah Huzein yang diterbangkan ke langit. Maka dari itu setiap tahunnya warga Pariaman selalu membuat tiruan buraq yang sedang membawa Tabuik di punggung nya.
Berdasarkan cerita yang diterima masyarakat secara turun temurun, Festival Tabuik ini sudah ada sejak tahun 1826-1828 tahun masehi. Pada masa itu, Tabuik masih kental dengan budaya dari Timur karena dibawa oleh masyarakat India penganut Syiah. Tetapi kemudian diadakan kesepakatan nagari untuk menyesuaikan perayaan Festival Tabuik dengan adat Minangkabau, yang terus berkembang hingga sekarang.
Tabuik sendiri memiliki 2 macam jenis, yakni Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang dimana keduanya berbeda wilayah. Tabuik Pasa berada di sisi selatan sungai, sedangkan Tabuik Subarang berada di sebrangnya yakni di sisi Utara. Tabuik awalnya hanya memiliki satu jenis yaitu Tabuik Pasa. Tetapi karena adanya permintaan dari sejumlah golongan masyarakat, maka dibuatlah Tabuik baru yang berada di seberang sungai pada tahun 1915. Prosesi awal dari perayaan Tabuik tetap dimulai pada 1 Muharram yang bertepatan pada Tahun Baru Islam, dan puncak acaranya diadakan pada 10 Muharram dimana semakin tahun semakin berubah-ubah waktu perayaannya.
Festival Tabuik memiliki 8 rangkaian proses, antara lain : mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut. Penyelenggaraan prosesnya antara lain : 1 Muharram jadwal untuk mengambil tanah, hari ke5 Muharram menebang batang pisang, hari ke7 Muharram melakukan mataam dan dilanjutkan mengarak jari-jari pada malam harinya. Setelah itu saat puncak acara atau pas pada 10 Muharram dilakukan kegiatan mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan terakhir adalah membuang tabuik ke laut saat hari mulai petang.
Perayaan Tabuik diselenggarakan di Pantai Gandoriah. Festival ini selalu dihadiri oleh puluhan ribu masyarakat serta para wisatawan yang ingin menyaksikan festival tersebut. Tidak hanya warga lokal, tetapi juga banyak warga asing yang turut hadir untuk memeriahkan Festival Tabuik ini. Bagaimana apakah sobat budaya tertarik untuk melihat Festival Tabuik ini?
Sumber :
Baca juga :
Tidak Ada Komentar