Serba – Serbi Iket Sunda Yang Harus Kamu Ketahui!
Pasti kalian sering melihat Ridwan Kamil, atau biasa disapa Kang Emil (Walikota Bandung) memakai ikat kepala berwarna biru? Atau mungkin sosok Kabayan yang selalu tampil menggunakan penutup kepalanya? Ternyata apa yang dipakai oleh Kang Emil ataupun Kabayan memiliki arti sendiri lho. Keduanya memang mencirikan etnis sunda, namun ternyata iket bagi Suku Sunda banyak macamnya. Apa sajakah iket Sunda? Yuk baca sampai habis ulasan Sobat Budaya tentang Iket Sunda dibawah ini ya!
Sejarah Iket Sunda
Ingatkah dengan sosok Kabayan? Kabayan si bujang Sunda ini selalu digambarkan memakai penutup kepala khas Sunda. Nah ternyata ika kepala yang dipakai oleh Kabayan bernama totopong. Totopong atau nama lain dari Iket, merupakan tutup kepala khas Sunda yang mirip dengan blangkon di Jawa atau Udeng di Bali. Iket berasal dari bahasa Sunda yang berarti “ikat” atau “ikatan”. Zaman dahulu iket berfungsi mencerminkan kelas dalam masyarakat, hingga tampak jelas perbedaan kedudukan seseorang (pria) dalam kehidupan sehari-hari. Bentuknya yang beragam diciptakan sebagai simbol yang berkaitan dengan keagamaan, upacara adat, dan status sosial tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap mempunyai peranan dalam suatu kelembagaan. Iket sebagai tutup kepala juga memiliki nilai yang lebih berharga dibandingkan dengan tutup kepala yang lain, karena dalam proses pembentukannya diperlukan kejelian, keterampilan, ketekunan, kesabaran dan rasa estetika yang tinggi dari pemakainya. Hal ini akan membuktikan bahwa iket dapat mencerminkan status simbol pemakainya. Oia, dulu warna iket hanya terbatas hitam atau putih, namun seiring berkembangnya zaman, warna iket kini bervariasi, bahkan motif dan corak iket pun terus berkembang.
Pembagian Iket Sunda
Berdasarkan sejarah, iket dibagi menjadi dua bagian besar yaitu iket bukun (iket baheula) dan iket kiwari (iket modern/praktis). Iket buhun merupakan model iket dari sesepuh zaman dulu di wilayah Pasundan dan dibentuk dari kain persegi empat yang dilipat dengan aturan khusus sehingga membentuk model iket seperti Barangbang Semplak, Julang Ngapak, Parekos Jengkol, Buaya Ngangsar dan model iket lain yang biasa dipakai di kampung-kampung adat.
Iket Kiwari adalah model iket yang berasal dari orang-orang zaman sekarang yang bentuknya menyerupai bentuk dan model iket buhun, meskipun telah mengalami beberapa perubahan sesuai dengan perkembangan mode dan fashion. Termasuk iket Kiwari diantaranya Iket Candra Sumirat, Iket Maung Leumpang, Iket Hanjuang Nangtung, Iket Pratis Parekos, Iket Praktis Makuta Wangsa, Iket Praktis Mancala Putra, dan Iket Batu Kincir (rekaan Ki Dadang).
Pembahasan Iket Buhun dan Iket Kiwari
Tentunya kalian penasaran bukan mengenai detail pembahasan iket Lebih lanjut mengenai penjelasan akan iket buhun dan iket kiwari. Berikut pembahasan mengenai Iket Buhun dan Iket Kiwari.
Beberapa contoh Iket Buhun:
Barangbang Semplak
Iket Barangbang Semplak diartikan sebagai dahan kering (barangbang) yang patah namun masih menempel di pohon. Bagian atasnya terbuka tetap memperlihatkan rambut, dan culannya hampir menutupi mata. Biasanya iket jenis ini pada zaman dahulu dipakai oleh para jawara, namun untuk saat ini dipergunakan oleh masyarakat biasa ketika sedang mementaskan pencak silat dll.
Julang Ngapak
Julang berasal dari nama seekor burung, ngapak yaitu sayapnya yang mengepak karena bentuk dari iket ini menyerupai burung julang yang sedang terbang dan menggepakan sayapnya. Iket jenis ini umumnya digunakan pada tokoh lengser (penyambut tamu) dalam acara-acara adat seperti upacara adat perkawinan khas Sunda. Iket Julang Ngapak juga biasanya dipakai oleh para orang tua.
Parekos Jengkol
Parengkos memiliki arti tertutup/terbungkus, sedankan jengkol adalah buah jengkol yang walaupun bau namun digemari oleh banyak orang. Iket jenis ini umumnya digunakan oleh para ningrat dengan ciri lain terdapat cula/patuk wali pada agian kening seperti segitiga terbalik.
Selanjutnya mengenai Iket Kiwari, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Iket ini merupakan bentuk iket modern dari Iket Buhun. Untuk jenis yang biasa dipakai oleh Kang Emil, termasuk dalam Iket Kiwari Mahkota/Makuta Wangsa.
Berikut jenis-jenis iket Kiwari:
- Iket Candra Sumirat
- Iket Maung Leumpang
- Iket Hanjuan Nangtung
- Iket Praktis Parekos
- Iket Praktis Makuta Wangsa
- Iket Praktis Mancala Putra
- Iket Batu Kincir
Filosofi Lipatan dan Ikatan
Lipatan dan ikatan pada iket mempunyai arti dan makna filosofi yang berkaitan erat dengan fungsi pekerjaan seseorang zaman dulu lho. Bentuk Iket yang berbeda bukan melambangkan kasta; kedudukan; atau status sosial di masyarakat tapi menunjukkan fungsi pekerjaan si pemakai. Hal ini dilatarbelakangi dalam Tatar Sunda tidak ada kasta namun sejajar sesuai dengan istilah Padjajaran (Pajajaran) yang mengandung arti “sejajar” atau “kesejajaran.”
Fungsi Penggunaan Iket
Iket Sunda pada zaman dahulu memiliki fungsi tidak hanya sebagai pelengkap busana namun juga dapat dijadikan sebagai pelengkap kegiatan sehari – hari. Berikut beberapa fungsi penggunaan iket bagi masyarakat Sunda :
- Penutup rambut
- Pelindung Kepala
- Alat untuk melindungi diri
- Alat untuk membawa barang
- Dapat digunakan sebagai sajadah ketika shalat
- Simbol status sosial pria; simbol ini ditunjukkan melalui model dan jenis kain yang digunakan untuk Iket.
- Penghormatan terhadap kedudukan seorang pria, sebagai contoh apabila menghadap priyayi, pejabat pemerintah setempat dan ulama.
Seiring berkembangnya zaman, fungsi Iket Sunda pun memiliki beberapa penambahan, diantaranya penggunaan iket pada saat ini berfungsi :
- Salah satu penanda etnis sunda
- Penanda etnis sunda apabila memakai pakaian adat
- Penanda etnis sunda pada busana tarian ketika pertunjukkan
Begitulah sedikit ulasan serba – serbi iket Sunda yang perlu kalian tahu. Menarik bukan? Meskipun suku Sunda hanya ada satu di Indonesia, ternyata memiliki keanekaragaman budaya. Tentu begitu pula dengan semua suku di Indoneia. Oia Jangan lupa untuk membaca keunikan Sunda lainnya di infobudaya.net ya. Kalian juga bisa menginput data budaya yang berkaitan dengan Sunda ataupun budaya lain dari daerah kalian di budaya-indonesia.org. Jadi, kalau iket/penutup kepala dari daerahmu seperti apa? Yuk ikutan submit ya!
Sumber:
Lihat juga :
1 Komentar
Kalau di palu / parigi ada SIGA