Bannang-Bannang : Romantisme Kuliner Khas Sulawesi Selatan
Cokelat identik dengan makanan yang melambangkan kasih sayang yang berasal dari budaya Barat. Tapi, tahukah kalian kalau di Indonesia sendiri, khususnya Sulawesi Selatan terdapat sebuah kuliner yang tidak hanya melambangkan kasih sayang, tetapi juga melambangkan manisnya pernikahan dan proses berumah tangga?
Yap, kuliner tersebut adalah bannang-bannang. Berikut penjelasan mengenai kue bannang-bannang mulai dari makna dan filosofi hingga cara pembuatannya.
Sekilas tentang Bannang-Bannang
Bannang-bannang merupakan salah satu makanan khas dari Sulawesi Selatan. Dalam bahasa Makassar disebut bannang-bannang, sedangkan dalam bahasa Bugis disebut nennu’-nennu’. Kue yang berbahan dasar dari tepung beras dan gula merah ini memiliki bentuk seperti benang kusut. Bannang-bannang sendiri merupakan salah satu kue yang selalu ada dalam lamaran hingga pernikahan.
Filosofi dan Makna
Bannang-bannang memiliki bentuk seperti benang kusut, yaitu benang yang pangkal dan ujungnya tidak tahu berada dimana. Hal ini menggambarkan beberapa makna dan filosofi, yaitu pertama sebagai manusia kita tidak perlu mempermasalahkan siapa kita, darimana asal usul kita, asalkan selama yang kita lakukan adalah mulia, maka lakukanlah. Makna kedua, yaitu sebagai penggambaran kehidupan rumah tangga / pernikahan sebagai satu kesatuan yang saling terkait (bergabungnya 2 keluarga yang saling membutuhkan dan bekerja sama) dan takkan pernah bisa dipisahkan hingga maut memisahkan. Semakin kusut maka makin sulit untuk diurai atau dipisahkan. Sedangkan rasa gurih dan manis yang dihasilkan dari bannang-bannang menggambarkan sebuah harapan manisnya perjalanan dari pernikahan hingga proses berumah tangga.
Proses Pembuatan
Bannang-bannang terbuat dari campuran beras putih yang sudah digiling atau ditumbuk, gula merah, air, dan minyak goreng kelapa. Pertama, beras putih yang sudah digiling atau ditumbuk halus dicampur dengan gula merah dan air, kemudian aduk hingga encer dan rata. Setelah itu, adonan tersebut dimasukkan ke dalam batok kelapa yang dibentuk menyerupai timba (dengan pegangan) yang bagian bawahnya dilubangi sebagai tempat keluarnya adonan.
Selanjutnya, adonan yang dimasukkan ke alat tersebut dituangkan ke dalam minyak kelapa yang sudah panas di atas wajan. Dalam proses penggorengan, gula merah yang sudah dihaluskan ditaburkan di atas adonan tersebut. Setelah adonan bannang-bannang sudah tampak matang, selanjutnya diangkat dari wajan dan dilipat menggulung. Kue bannang-bannang siap untuk disajikan.
Sumber:
gosulsel
palontaraq
Info lebih lanjut:
Bannang-bannang
Tidak Ada Komentar