Perempuan Minang Melepas Masa Lajang di Malam Bainai
Jika di Pulau Jawa terkenal dengan prosesi siraman bagi mempelai wanita menjelang hari pernikahannya, di dalam adat Sumatra Barat terdapat prosesi yang disebut sebagai malam bainai bagi calon anak daro (sebutan untuk mempelai wanita dalam bahasa Minang). Malam bainai dilakukan di rumah calon anak daro sebagai wujud doa dan restu dari para sesepuh keluarga calon anak daro. Tradisi malam bainai dipercaya akan menghindarkan calon anak daro dari mara bahaya.
Prosesi malam bainai dilakukan dengan cara meletakkan tumbukan daun inai (daun pacar merah) selama satu malam di kuku-kuku mempelai wanita. Tumbukan daun inai ini menghasilkan warna merah yang menandakan bahwa waita tersebut sudah berumah tangga dan mempercantik tangan mempelai wanita ketika di hari pernikahan. Penggunaan daun inai inilah yang membuat prosesi ini disebut sebagai malam bainai.
Tradisi Malam Bainai
Pakaian wajib yang dipakai selama malam bainai adalah baju tokah dan hiasan kepala yang disebut suntiang. Baju tokah merupakan sebuah selendang yang dipakaikan secara menyilang di dada calon anak daro namun bahu dan lengan dibiarkan terbuka. Suntiang merupakan hiasan kepala calon anak daro yang memiliki beberapa tingkatan dan jumlah tingkatannya harus ganjil. Jumlah tingkatan suntiang paling sedikit adalah tiga tingkatan.
Calon anak daro akan menjalani ritual bamandi-mandi pada pagi atau siang harinya. Calon anak daro akan di percikan dengan air kembang oleh kedua orang tuanya menggunakan daun sitawa sidingin (daun cocor bebek). Jumlah percikan air kembangnya harus berjumlah ganjil.
Ritual bamandi-mandi di dampingi saudara perempuan dan di kawal oleh saudara laki-laki dari calon anak daro. Ritual bamandi-mandi merupakan simbol dimana orang tua memandikan anak perempuan mereka untuk terakhir kalinya dan melepas anak perempuannya kepada calon suami.
Calon anak daro kemudian akan di tuntun oleh kedua orang tuanya berjalan di atas kain berwarna kuning menuju pelaminan. Hal ini melambangkan perjalanan calon anak daro dari kecil sampai dewasa. Setiap kain yang dilewati oleh calon anak daro akan digulung oleh dua orang laki-laki yang menandakan kesiapan naniak mamak dan urang sumando pada keluarga calon anak daro yang selalu siap sedia untuk melindungi calon anak daro.
Calon anak daro akan dipakaikan daun inai secara silih berganti oleh bako, istri dari mamak, dan ibu-ibu yang dituakan. Pemilihan jari dalam menempelkan daun inai mempunyai makna di masing-masing jarinya. Ibu jari melambangkan bahwa mempelai wanita menghormati calon suaminya, jari telunjuk melambangkan kehati-hatian calonistri dalam bertindak, jari tengah melambangkan kehatian-hatian dalam menimbang hati calon mertua, jari manis melambangkan keidealisan pasangan ketika sudah berumah tangga, kemudian jari kelingking melambangkan pengharapan agar calon anak daro dapat bersikap rendah hati dan tidak tersisihkan posisinya dalam keluarga oleh calon ipar, calon besan, calon mertua serta keluarga lainnya.
Karena kesakralan prosesi malam bainai, dibuatlah sebuah lagu yang berjudul “Malam Bainai”. Liriknya adalah sebagai berikut :
Malam-malam baiko yo mamak – malam malam baiko ya mamak (panggilan pada saudara laki-laki ibu)
Malam-malam bainai yo sayang -malam malam memakai pacar (pacar – pewarna kuku)
Malam-malam baiko yo mamak – – malam malam baiko ya mamak
Malam-malam bainai yo sayang – malam malam memakai pacar
Anak daro yo mamak, jo marapulai – Anak Dara (sebutan pengantin wanita) dengan marapulai (sebutan pengantin laki-laki)
Malam-malam kaduo yo mamak – malam malam kedua ya mamak
Manatiang-natiang piriang yo sayang – membawa piring (untuk dihidangkan pada jamuan) hey sayang
Malam-malam kaduo yo mamak – malam malam kedua ya mamak
Manatiang-natiang piriang yo sayang – membawa piring (untuk dihidangkan pada jamuan) hey sayang
Sambanyo lamak yo mamak, si gulai kambiang – Lauknya enak ya mamak, kari kambing
Baselo jo basimpuah yo mamak – Bersila dan bersimpuh ya mamak
Di bawah-bawah tirai yo sayang – dibawah bawah tirai (hiasan pesta pernikahan)
Bujang jo gadih yo mamak, banyak maintai – Bujang dan gadis banyak mengintai (cari pasangan)
Cincin-cincin dicabuik yo mamak – Cincin dicabut ya mamak (cincin tunangan)
Di jari-jari manih yo sayang – di jari manis ya sayang
Marapulai galak yo mamak, anak daro manangih – marapulai tertawa ya mamak, anak dara menangis
Malam-malam katigo yo mamak – malam malam ke tiga ya mamak
Malam-malam bajapuik yo sayang – malam malam dijemput ya sayang
Marapulai tibo yo mamak, anak daro takuik – marapulai datang ya mamak, anak dara takut
Ternyata, tradisi malam bainai tak sesederhana menghiasi kuku calon pengantin wanita dengan daun inai, ya! Ada banyak pesan dan petuah yang disisipkan dalam prosesi ini. Bagaimana dengan tradisi di daerahmu? Adakah tradisi melepas masa lajang yang unik dan sarat makna?
Info lebih lanjut:
Tidak Ada Komentar