Tradisi Unik Momen Paskah di Palangka Raya
Umat Kristiani di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, melakukan Memento Mori di momen Paskah. Apa yang membedakan tradisi ini dengan daerah lain?
Memento mori berarti ‘ingatlah akan kematian’. Tradisi ini merupakan akulturasi dari zaman Belanda sejak abad ke-19. Selain melakukan pawai di jalan, mereka mengunjungi dan membersihkan makam keluarga atau kerabat, pada malam menjelang Paskah (Sabtu malam) beramai-ramai menghabiskan malam berkumpul di makam keluarga hingga pagi tiba. Saat subuh, sekitar pukul lima pagi, mereka mengadakan ibadah Paskah di dekat makam yang telah dipasang tenda.
Kompleks pemakaman yang biasanya sepi dan terkesan angker berubah bak pasar malam. Ribuan warga tumpah ruah memadati pemakaman sejak sore hari. Para pedagang pun ikut memanfaatkan momen ini untuk mengais rezeki dengan menjajakan lilin, bunga, serta makanan dan minuman. Sejauh mata memandang, nampak kerlip cahaya ribuan lilin berbagai ukuran yang dinyalakan di atas makam. Para warga menggelar tikar sambil duduk bersenda gurau saling bertukar cerita. Di sana mereka menyalakan lilin dan menaburkan bunga di atas makam.
Meskipun tradisi ini tidak ada kaitannya secara langsung dengan iman kepercayaan agama tertentu, karena aktifitas warga yang mayoritas beragama Kristiani ini bertepatan dengan perayaan Paskah, maka pihak Gereja setempat memfasilitasi warga dengan melaksanakan pelayanan ibadah subuh di komplek pemakaman tersebut. Tidak hanya pihak Gereja, pengurus Masjid yang berada di kompleks pemakaman Muslim yang lokasinya bersebelahan dengan pemakaman Kristen juga turut berpatisipasi menurunkan beberapa orang petugasnya membantu kelancaran arus lalu lintas warga yang mengunjungi makam sejak hari Jumat.
Begitulah Palangka Raya, kota dengan tingkat toleransi tertinggi di Indonesia.
Sumber: infoitah, cnnindonesia, shopback
Info lebih lanjut:
2 Komentar
[…] infobudaya.net […]
[…] infobudaya.net […]