Belajar dari Falsafah Hidup Masyarakat Bugis Makassar
Tahu kan, kalau sebentar lagi Hari Pendidikan Nasional? Yap, tanggal 2 Mei nanti kita akan merayakan Hari Pendidikan Nasional. Pendidikan sendiri memiliki makna sebuah proses untuk menjadi lebih baik, baik dari segi pengetahuan ataupun sikap melalui proses belajar. Dan belajar bisa dengan apapun, siapapun, dan kapanpun. Salah satunya dari filosofi hidup dan etika moral yang ada di masyarakat Bugis-Makassar. Berikut beberapa filosofi hidup dan etika moral yang ada di masyarakat Bugis-Makassar:
1. Taro Ada’ Taro Gau’
Taro’ ada’ taro gau’ memiliki makna satu kata satu perbuatan. Artinya, apa yang diucapkan itu yang juga dilakukan. Bukan lain yang diucapkan, lain juga yang dilakukan. Prinsip ini juga merupakan simbol loyalitas terhadap apa yang menjiwai masyarakat Bugis-Makassar itu sendiri dalam bertindak.
2. Sipakatau
Sipakatau merupakan sifat memanusiakan manusia. Artinya, sebagai manusia kita harus saling menghormati, berbuat santun, dan tidak membeda-bedakan dalam kondisi apapun tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan kepada sesama manusia.
3. Sipakelebbi
Sipakalebbi merupakan sifat saling memuliakan atau menghargai. Sifat menghargai artinya manusia merupakan makhluk yang senang jika dipuji dan diperlakukan dengan baik dan layak. Dan sifat memuliakan memiliki arti sebagai larangan untuk melihat kekurangan yang ada pada diri orang lain.
4. Sipakainge’
Sipakainge’ merupakan sifat saling mengingatkan sesama manusia. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri yang terkadang lupa. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita untuk saling mengingatkan satu sama lain ketika mereka lupa.
5. Sipatokkong
Sipatokkong merupakan sifat saling bekerja sama / saling membantu. Sudah sepantasnya kita sebagai manusia saling membantu ketika ada orang lain yang membutuhkan bantuan kita, tanpa memandang siapa aku dan siapa dia.
Alangkah indahnya hidup jika apa yang diucapkan sesuai dengan yang dilakukan serta terciptanya rasa saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Ketika sedang salah, ada yang mengingatkan. Dan ketika butuh sesuatu, ada yang membantu. Oleh karena itu, mari kita maknai Hari Pendidikan Nasional dengan kembali melihat dan mempelajari falsafah hidup dan etika moral yang ada di berbagai suku di Nusantara. Karena pendidikan sejatinya bukan masalah kognitif semata, tapi jauh lebih dalam mencakup masalah afektif atau sikap juga.
Sumber :
Info lebih lanjut :
Tidak Ada Komentar