Opu Daeng Risadju, Sosok Kartini dari Bugis
Beberapa hari lagi kita akan merayakan Hari Kartini, hari di mana Ibu Kartini lahir. Ia menjadi sosok emansipasi wanita Indonesia. Banyak hal yang bisa dilakukan wanita Indonesia untuk beremansipasi dalam kehidupan. Jika Kartini berjuang melalui tulisan dan pendidikan, Opu Daeng Siradju berjuang melalui peperangan.
Budaya Bugis-Makassar, tidak membatasi perempuan untuk mengambil peran dan menjadi pemimpin. Hal ini terbukti dari kisah-kisah peran perempuan dalam kerajaan yang tertulis dalam Epos La Galigo. Pada masa perjuangan kemerdekaan, juga lahir sosok Opu Daeng Siradju, sosok pejuang perempuan Bugis Makassar yang melawan penjajah Belanda dan Jepang sejak tahun 1927.
Ia berkali-kali keluar-masuk penjara namun tak pernah gentar dalam berjuang untuk merebut kemerdekaan. Hingga ia pun mendapat gelar, macan betina dari Timur. Dalam ruang -ruang kultural perempuan dan laki-laki Bugis-Makassar, terpatri konsep kesejajaran peran dan fungsi mereka dalam kehidupan. Sejatinya, konsep kesetaraan gender telah dimiliki dan diterapkan secara langsung dalam kehidupan sosial masyarakat Bugis-Makassar. Dalam tradisi masyarakat Bugis-Makassar, norma-norma budaya bukanlah hambatan bagi perempuang untuk mengambil peran dan berkontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sumber:
Perempuan dalam Bingkai Budaya
Informasi Lebih Lanjut
Perpustakaan Digital Budaya Indonesia
Tidak Ada Komentar