Sigale-gale, Teknologi Kuno Warisan Indonesia
INFOBUDAYA.NET — Tentu sebagai orang Indonesia, kita tahu bahwa di sudut atas Pulau Sumatera yang sangat luas ada danau legendaris bernama Danau Toba. Saat mengunjungi Danau Toba, pemandangan perkampungannya masih lekat dengan budaya. Khususnya pada bangunan pekuburan yang megah dan besar seperti rumah mewah atau tugu.
Hal itu menjadi pemandangan yang akan sering dilihat karena orang Batak menghormati leluhurnya dengan membangun monumen atau tugu dari leluhurnya (cikal bakal dari keluarga besar marga). Ada pula kuburan beton yang tinggi dan berbentuk rumah adat Batak.
Bila berbicara adat istiadat dan budaya, ada salah satu budaya yang mungkin pernah dilihat tapi belum tahu apa namanya, atau sudah tahu namanya tapi belum tahu dari mana asal-usulnya atau mungkin ada sebagian yang sangat akrab dengan budaya yang satu ini. Ya, Sigale-gale namanya. Patung Boneka Sigale-gale merupakan Patung atau boneka si Gale-Gale terbuat dari kayu yang diukir persis menyerupai rupa manusia, konon menurut kisah yang secara mistis, Sigale-gale bisa menangis dan menari-nari sendirinya. Tidak ada yang tahu pasti asal-usul Sigale-gale. Tetapi masyarakat meyakini jika Sigale-gale sudah ada sejak sekitar ratusan tahun yang silam.
Sejarah Sigale-gale
Menurut legenda, dulu hiduplah seorang raja bernama Raja Rahat. Raja memiliki seorang putra bernama Raja Manggale. Suatu hari, Raja mengirim putranya untuk berperang. Tetapi sayangnya, putranya mati di medan perang dan jenazahnya tidak pernah ditemukan. Raja sangat sedih sampai jatuh sakit dan tidak ada satu pun dukun yang mampu menyembuhkannya.
Akhirnya, para tetua kerajaan membuat sebuah boneka kayu yang menyerupai muka Raja Manggale untuk mengobati luka Raja. Lantas mereka menggelar sebuah pesta dan dukun segera memanggil arwah Raja Manggale untuk masuk ke dalam tubuh boneka buatan itu.
Dengan keyakinan sipele begu, boneka itu bisa menari sendiri tanpa bantuan alat apapun. Selama 7 hari 7 malam, boneka itu bisa menari sendiri. Raja sangat senang dan Raja pun berangsur-angsur sembuh. Boneka itu pun dinamai Sigale-gale karena gerakannya yang lemah dan seolah tak bertenaga. Upacara ini selalu dilakukan hingga sang Raja meninggal dunia. Beratus-ratus tahun setelah legenda itu terdengar, Sigale-gale masih menjadi budaya Batak. Kabarnya saat mendengar gondang dimainkan, boneka yang kerap dijadikan sebuah pertunjukan ini akan menari tor-tor dengan sendirinya mengikuti irama gondang sampai menangis bercucuran air mata. Saat musik berhenti, ia juga akan menghentikan tariannya secara perlahan. Lazimnya Sigale-gale dimainkan oleh seorang Pangurdot (pemain Sigale-gale).
Tradisi daerah Samosir
Si Gale-Gale lazimnya digunakan sebagai pelaksanaan upacara kematian di dalam keluarga di daerah Samosir. Upacara ini dilakukan oleh anggota keluarga terutama anak pria dari keluarga dekat. Tari si Gale-gale ini dipercaya oleh warga Samosir untuk mengantarkan arwah mendiang keluarga. Dahulu, jika dalam keluarga Batak tidak memiliki anak pria, maka si Gale-Gale dianggap sebagai pengganti anak pria dalam keluarga itu. Dalam pelaksanaan upacara tarian si Gale-Gale, dimanfaatkan boneka si Gale-Gale yang terbuat dari kayu yang dihiasi pakaian adat Batak, yakni Kain Ulos. Alat musik dalam upacara si Gale-Gale adalah Gondang Sabangunan, yakni seperangkat alat musik tradisional yang terdiri dari suling batak, gendang, gong di mana alat musik ini dimainkan sambil manortor.
Sebagai perangkat alat musik, gondang sering disebut sebagai Gondang Batak. Gondang Batak sering diidentikkan dengan Gondang Sabangunan atau Ogling Sabangunan dan kadang-kadang juga diidentikkan dengan Taganing—salah satu alat musik yang terdapat di dalam Gondang Sabangunan. Dari pengertian tersebut, alat musik Batak lain yang disebut Gondang Hasapi atau yang dikenal sebagai Uning-uningan dianggap sebagai bukan Gondang Batak. Padahal alat tersebut juga termasuk Gondang Batak. Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi dimanfaatkan dalam upacara yang berkaitan dengan religi, adat maupun upacara lainnya.
Nilai mistis lain yang terkandung di balik keberadaan Sigale-gale adalah pembuatannya. Setiap orang yang membuat boneka Sigale-gale harus menyerahkan seluruh jiwanya agar boneka tersebut dapat bergerak selayaknya manusia hidup. Karena itu pula-lah masyarakat Batak percaya bahwa siapapun yang membuat boneka Sigale-gale akan meninggal sebagai tumbal setelah pembuatannya terselesaikan. Untuk mencegah hal tersebut, masyarakat membuat bagian-bagian tubuh Sigale-gale secara terpisah, misalnya satu orang membuat tangan, satu orang lagi membuat kaki, lalu orang lain membuat kepala atau badan. Dengan pembuatan yang dilakukan oleh orang yang berbeda-beda, maka tidak ada yang menjadi tumbal. Unsur mistis lainnya dari Sigale-gale adalah, boneka ini hanya bisa ditempatkan di peti mati, bahkan menari pun di atas peti mati. Karena sesungguhnya Sigale-gale memang diciptakan untuk mengantar kematian seseorang.
Saat ini, Sigale-gale sudah menjadi ikon pariwisata Provinsi Sumatera Utara secara umum, dan Samosir secara khususnya. Masih ada beberapa sisa patung yang dipahat puluhan tahun silam. Kita masih bisa menyaksikan sisa-sisa kemunculannya saat ini meski sangat jarang. Jika ingin menonton langsung pertunjukan tradisional dari Tanah Batak itu, pergilah ke Samosir. Ada 4 tempat pertunjukkan si gale-Gale dua di antaranya mudah dijangkau yakni desa Tomok dan Museum Hutabolon Simanindo. Pengunjung bisa memesan langsung pertunjukan Sigale-gale dengan bayaran tertentu.
Teknologi Kuno Warisan Indonesia
Melalui Sigale-gale, kita mengetahui bahwa sejak zaman dahulu, masyarakat Toba di Sumatera Utara memiliki kesenian tradisional layaknya pertunjukan robot tradisional. Robot yang menyerupai boneka ini memiliki sistem tali yang saling menyambung. Tali tersebut ditarik ulur hingga dapat membungkuk dan menggerakan tangannya layaknya menari.
Boneka yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisional Batak. Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari contoh model manusia. Kepalanya bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak, kedua tangan bergerak seperti tangan-tangan manusia yang menari, serta dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti jongkok waktu menari.
Sigale-gale merupakan bukti bahwa nenek moyang kita sudah dapat membuat boneka mekanikal atau robot walau dalam bentuk yang sederhana. Robot tersebut diciptakan untuk dapat meniru gerakan manusia.
Sumber:
Informasi lebih lanjut:
Perpustakaan Digital Budaya Indonesia
Tidak Ada Komentar