Menolak Amarah dengan Menari
“Menahan angkara menari mundur, menarik segala energi untuk menyatu, intropeksi, keluhuran dan kemuliaan. Memutar segala arah mata angin-langit bumi, permohonan pitulungan leluhur dan Gusti penguasa semesta”
Ada banyak yang dilakukan manusia untuk menyuarakan maksud hatinya. Melihat kehidupan lokal global saat ini cukup kompleks, kala hak asasi manusia, demokrasi, ideologi, kepercayaan dan perbedaan etnis menjadi alat isu pertarungan politik dalam memperebutkan kekuasaan. Tentu saja hal itu mencuatkan sebuah rasa marah dari perasaan sebagian individu. Sebagai anggota masyarakat Jawa (Nusantara) perlu intripeksi kembali ke jati diri kemuliaan dan keluhuran. Hal ini menjadi sebuah kewajiban untuk meneruskan kebudayaan yang mengharmonikan diri dengan kehidupan sosial dan alam semesta.
Melihat hal tersebut Performance Klub bersama Ayu Permata Dance Company dan Portaleka mempersembahkan Tari Berdaya Undu-Undur. Sebuah karya yang melibatkan ruang publik sebagai tempat pertunjukan dan didukung oleh 16 penari akan diselenggarakan pada tanggal 1 Juni 2018 tepat pukul 00.00 di Pedestrian Titik Nol Jogja. Kata berdaya memiliki arti kekuatan, berkemampuan, bertenaga dan mempunyai akal untuk mengatasi sesuatu. Undur-undur sebutan untuk nama hewan antlion (semut singa) memiliki kebiasaan berjalan mundur saat menjadi larva untuk menggali sarang jebakan secara ganas di tanah untuk semut.
Tari Berdaya Undur-Undur merupakan jawaban atas kehidupan zaman yang sedemikian kompleks. Angkara ingin keluar disimbolkan dengan menggigit keris namun tetap bertahan dan menari mundur. Memutar tembang-tembang untuk permohonan perdamaian dunia, menyebar bunga dan membakar dupa mengharap berkah alam semesta. Menari mundur berguna untuk menjebak, menarik segala energi untuk ikut terlibat agar menyatu dan bersama-sama intropeksi. Setiap beberapa langkah penari akan menghadap hormat ke empat penjuru mata angin baik langit maupun bumi. Berharap dengan demikian pitulungan Gusti Maha Jagad dapat melindungi Nusantara.
Directed by : Iwan Wijono
Penari: Ayu Permata, Yurika Meilani, Irwanda Rahmandika, Eka Wahyuni, Fathunisa Nurkharim, Iwan Wijono, Muhammad Muklis, Rionaldo Pangaribuan, Setiawan Jalu, Johan Lemu, Hangga Uka, Ghalib Muhammad, Ainun Nais, Sulistiani, Nurrachma Dinda, Ilham Putro
CP: Eka 085292852903
Tidak Ada Komentar