Perang untuk Bertoleransi?
Kok bisa? Perlu dipahami bahwa perang di sini bukanlah perang sungguhan. Perang di sini adalah sebuah tradisi upacara di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat yang disebut dengan Perang Topat. Tradisi ini dilakukan sebagai ritual perwujudan rasa terima kasih kepada Tuhan atas kemakmuran berupa tanah yang subur, banyak hujan.
Ritual diawali dengan upacara persembahyangan di tempat pemujaan masing-masing (Hindu dan Islam Wetu Telu). Kemudian mereka ke halaman yang dilanjutkan dengan adegan saling melempar menggunakan ketupat antara para peserta upacara. Kemudian, ritual ini dilakukan dengan cara saling melempar topat (ketupat) antara peserta yang satu dengan yang lainnya secara beramai-ramai. Biasanya upacara sakral ini dilaksanakan setiap tahun pada bulan Purnama Sasih ke Pituq menurut Kalender Sasak atau jatuh sekitar bulan November dan Desember.
Dalam perkembangannya, tradisi ini tidak hanya digunakan untuk alat mengucap syukur saja. Perang Topat juga digunakan sebagai tradisi untuk bertoleransi antar umat beragama khususnya umat Hindu dan Muslim yang tinggal di Lombok Barat. Dalam praktiknya yang diikuti oleh masyarakat Lombok Barat, tradisi ini menceritakan damainya masyarakat Lombok Barat mempraktikkan hidup dalam keberagaman antara umat Islam dan Hindu menyatu. Jauh dari adanya gesekan dan konfrontasi.
Sumber:
- Kurniasari, M. I. (2014, Agustus 2). PDBI Ritual. Retrieved from PDBI: https://budaya-indonesia.org/Upacara-Perang-Topat/
- Nukman, H. (2018, Oktober 29). Detik Travel. Retrieved from Detik: https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4277359/tradisi-perang-topat-simbol-keberagaman-masyarakat-lombok
- Pariwisata, K. (2018, November 23). IDNTimes Fun Fact. Retrieved from IDNTimes: https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/kementerian-pariwisata/perang-topat-ntb-csc/full
Tidak Ada Komentar