Dugderan: Tradisi Khas Semarang Menyambut Ramadan
Apa sih Dugderan itu?
Kota Semarang memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan Ramadhan. Tradisi unik tersebut bernama Dugderan. Acara Dugderan biasanya diadakan seminggu menjelang Ramadhan. Acara Dugderan ini berisi karnaval yang diikuti pasukan merah putih, drum band, pasukan pakaian adat berbagai daerah, meriam, warak ngendok, serta berbagai kesenian lainnya di Semarang.
Dugderan Punya Sejarah, loh!
Penamaan Dugderan berasal dari kata “dug” dan “der”. Kata “dug” merupakan suara bedug sebagai puncak awal bulan Ramadhan tiba. Bedug dipukul sebanyak 17 kali. Sedangkan kata “der” merupakan bunyi meriam yang dibunyikan sebanyak 7 kali. Dari perpaduan antara bunyi “dug” dan “der” itulah yang kemudian menjadi tradisi yang digagas oleh Bupati Raden Mas (R.M.) Tumenggung Aryo Purboningrat itu diberi nama Dugderan.
Dugderan sudah dilaksanakan sejak tahun 1882 saat Semarang berada di bawah kepemimpinan R.M. Tumenggung Ario Purbaningrat. Sejak masa kolonial, perayaan Dugderan dipusatkan di Masjid Agung Semarang atau Masjid Besar Semarang (Masjid Kauman) yang berada di kawasan Kota Lama Semarang dekat Pasar Johar. Kini, tradisi Dugderan sudah menjadi semacam pesta rakyat.
Hal Menarik yang Kamu Temui Saat Dugderan, Yuk Simak!
Selain bunyi bedug dan meriam tersebut, di dalam pesta rakyat Dugderan ada juga maskot Dugderan yang dikenal dengan istilah “Warak Ngendog”. Warak Ngendog adalah sebuah mainan jenis binatang rekaan yang bertubuh kambing dan berkepala naga dengan kulit seperti bersisik dibuat dari kertas warna-warni yang terbuat dari kayu juga dilengkapi beberapa telur rebus sebagai lambang bahwa binatang itu sedang ngendog (bertelur dalam bahasa Indonesia). Hal itu disebabkan karena ketika Dugderan diselenggarakan pertama kali, Semarang sedang krisis pangan dan telur merupakan makanan mewah.
Dalam gelaran tahun 2019 ini akan sedikit berbeda karena akan ada Warak Ngendog setinggi enam meter yang diberikan oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Warak Ngendog merupakan simbol kerukunan antar agama dan suku yang terdapat di Semarang. Warak Ngendog ini masih dipersiapkan dan nantinya akan diarak dari Balaikota Semarang menuju Masjid Kauman dilanjutkan ke Masjid Agung Jawa Tengah. Dalam rangka memeriahkan festival ini Pemerintah Kota Semarang juga mengajak beberapa musisi tanah air untuk menampilkan sajian musik bagi masyarakat Semarang secara gratis.
Puncak perayaan Dugderan Semarang akan diselenggarakan tanggal 4 Mei 2019 dengan kirab budaya yang diikuti oleh masyarakat, pemerintah, dan organisasi di Kota Semarang. Warak Ngendog yang menjadi simbol multikultural akan diarak keliling Kota Semarang. Seminggu sebelum puncak festival, digelar pasar rakyat yang menjual aneka macam barang seperti mainan tradisional, busana muslim, hingga ragam kuliner yang tumpah ruah. Dugderan menjadi acara tahunan yang selalu dinanti-nanti masyarakat. Meski ada beberapa perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, Dugderan tak pernah berkurang maknanya.
Sumber:
Info Lanjut:
Tidak Ada Komentar