Hari-hari Penting Dalam Kalender Tionghoa
Kalender Imlek (阴历), yang memiliki arti kalender bulan. Kalender yang sering disebut Kalender Tionghoa ini merupakan kalender lunisolar yang dibentuk dengan menggabungkan kalender bulan dan kalender matahari. Sistem penanggalan pada kalender Tionghoa masih digunakan sebagai pacuan untuk memperingati berbagai hari perayaan tradisional masyarakat Tionghoa setiap tahunnya. Kalender ini juga digunakan untuk memilih hari-hari bagus yang paling menguntungkan bagi masyarakat Tionghoa untuk perkawinan atau membuka suatu usaha.
Sejarah mencatat bahwa kalender Tionghoa mulai dikembangkan pada milenium ke-3 SM. Kalender Tionghoa pertama kali ditemukan oleh penguasa legendaris daratan China pertama, Huáng Dì, yang memerintah antara tahun 2698 SM-2599 SM, dan dikembangkan lagi oleh penguasa legendaris ke-4, Kaisar Yáo. Siklus 60 tahun (gānzhī atau liùshí jiǎzǐ) mulai digunakan pada milenium ke-2 SM. Kalender yang lebih lengkap ditetapkan pada tahun 841 SM pada zaman Dinasti Zhōu dengan menambahkan penerapan bulan ganda dan bulan pertama setiap tahun dimulai dekat dengan titik balik Matahari pada musim dingin.
Kalender Tionghoa dikenal juga dengan sebutan lain seperti “Kalender Agrikultur” (nónglì 农历/農曆), “Kalender Yin 阴历/陰曆” (karena berhubungan dengan aspek bulan), “Kalender Lama” (jìulì 旧历/舊曆) setelah “Kalender Baru” (xīnlì 新历/新曆), yaitu Kalender Masehi, diadopsi sebagai kalender resmi, dan “Kalender Xià 夏历/夏曆” yang pada hakikatnya tidak sama dengan kalender saat ini. Beberapa hari penting dalam sistem penanggalan pada kalender Tionghoa:
Tanggal | Nama Bahasa Indonesia | Nama Mandarin | Keterangan |
bulan 1 hari 1 | Tahun Baru Imlek atau Festival Musim Semi | 春節 chūnjié | Pertemuan keluarga dan perayaan besar selama tiga hari; secara tradisional selama 15 hari |
bulan 1 hari 15 | Festival Lampion, sebuah hari kasih sayang | 元宵節 yuánxiāojié | Memakan Yuanxiao dan pemasangan lampion |
4 atau 5 Apr | Festival Membersihkan Makam, atau Ching Ming/Cheng Beng | 清明節 qīngmíngjié | Pertemuan keluarga, ziarah ke makam keluarga/leluhur |
bulan 5 hari 5 | Festival Perahu Naga, atau Peh Cun | 端午節 duānwǔjié | Lomba perahu naga dan memakan zhongzi/bak chang |
bulan 7 hari 7 | Festival Meminta Keterampilan, sebuah hari kasih sayang | 乞巧節 qǐqiǎojié | Para gadis mempelajari keterampilan rumah tangga dan ‘meminta’ perkawinan yang baik |
bulan 7 hari 15 | Festival Hantu atau Festival Para Roh | 中元節 zhōngyuánjié | Perayaan Festival Chit Nyiat Pan |
bulan 8 hari 15 | Festival Pertengahan Musim Gugur | 中秋節 zhōngqiūjié | Pertemuan keluarga dan memakan kue bulan |
bulan 9 hari 9 | Festival Yang Ganda | 重陽節 chóngyángjié | Mendaki gunung dan pertunjukan bunga |
bulan 10 hari 15 | Festival Xia Yuan | 下元節 xiàyuánjié | Doa untuk tahun perdamaian kepada Dewa air |
21 atau 22 Des | Festival Titik Balik Matahari Musim Dingin | 冬節 dōngjié | Pertemuan keluarga |
bulan 12 hari 23 | Festival Masakan Arwah | 謝灶 xièzào | Bekerja untuk memasak agar arwah terhormat |
Dalam Kalender Tionghoa masyarakat juga mengenal istilah Lun-gwee atau bulan kabisat. Bulan Lun sangat penting, karena jika tidak ada, maka penanggalan Imlek akan terus bergerak maju, sama seperti perhitungan kalender Hijriah di penanggalan kalender Arab. Hal ini membuktikan hebatnya pengetahuan ahli astronomi orang Tiongkok pada zaman dahulu tentang waktu dan sistem penanggalan berdasarkan perputaran bumi terhadap matahari.
Lun-gwee adalah bulan kabisat dalam kalender Imlek. Di dalam kalender Gregorian atau kalender Masehi yang kita kenal sebagai tahun kabisat, di mana setiap 4 tahun sekali ada 29 hari dalam bulan Februari. Dalam kalender Imlek, kita kenal bulan kabisat, di mana ada 2 bulan yang sama dalam setahun, artinya 1 tahun Imlek tersebut mempunyai 13 bulan. Lun-gwee kemudian ditambahkan ke dalam tahun Imlek untuk sinkronisasi perhitungan atas pergerakan bulan dengan pergerakan matahari itu. Berdasarkan perhitungan, maka ada 7 bulan kabisat yang perlu ditambahkan dalam periode 19 tahun Imlek.
Kebiasaan yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Tionghoa setiap Lun-gwee adalah tradisi anak perempuan untuk memberikan Mie Shua (mian shou atau mie panjang umur). Hal ini disebabkan karena ada kepercayaan dengan adanya bulan Lun maka umur orang tua akan berkurang, dengan cara memberikan doa panjang umur serta mie panjang umur akan membuat hal diatas tidak terjadi.
Referensi:
Data Terkait:
Tidak Ada Komentar