Filosofi Pamali yang Melekat Pada Masyarakat Indonesia
“Jangan nyanyi di kamar mandi, jangan duduk depan pintu, jangan potong kuku di malam hari..”
Pasti kalian sering mendengar kata-kata pantangan atau pamali tersebut kan? Semua hal tersebut dilarang untuk kita lakukan karena akan menyebabkan hal yang negatif. Lalu apakah semua itu benar?
Pantangan atau pamali adalah hal-hal yang sering kita dengar dari orang tua, nenek atau kakek kita, dan orang-orang yang lebih tua daripada kita. Hal-hal tersebut ternyata sudah menjadi tradisi atau kepercayaan sendiri di beberapa daerah. Pantangan-pantangan ini berisikan larangan yang diajarkan dari masa lalu, di mana jika ada seseorang yang melanggar maka akan terjadi hal yang buruk atau negatif.
Menurut orang Jawa, khususnya orang-orang tua, pantangan-pantangan tersebut tidak boleh dilakukan karena dianggap “Ora Elok.” Ungkapan ini mengandung nasihat-nasihat berisi pelajaran etika atau budi pekerti dan dilakukan untuk mengingatkan suatu hal kepada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Dalam bahasa Jawa, Ora Elok berarti tidak bagus, tidak baik, tidak etis, dan lainnya yang dilarang. Dan hal ini telah menjadi budaya juga tradisi yang masih dipercaya oleh suku Jawa sampai saat ini. Beberapa pantangan yang sering kita dengar seperti:
- Tidak boleh menduduki bantal nanti bisa bisulan,
- Tidak boleh main-main dengan beras nanti jari tangannya bertumpang tindih,
- Tidak baik jika anak perawan duduk atau berdiri di depan pintu nanti sulit mendapat jodoh,
- Jangan berfoto dalam jumlah ganjil, nanti yang berada di tengah akan meninggal,
- Jangan menyapu di malam hari, karena akan membuang rezeki yang ada di dalam rumah.
Semua pantangan tersebut tidak hanya kita dengar dari masyarakat Jawa saja, karena beberapa masyarakat di daerah lain mempunyai pantangannya sendiri. Bedanya kalau dalam bahasa Sunda disebut dengan Pamali.
Pantangan atau pamali berawal dari banyaknya hal buruk yang terjadi karena melanggar pantangan tersebut. Sebenarnya sebuah pantangan hanya bermaksud agar anak-anak dan seluruh keluarga memiliki sikap sopan santun dan etika yang baik. Tradisi ini pun telah menjadi kebudayaan turun menurun. Dan di dalam berbagai pantangan tersebut pasti ada pesan moral yang ingin disampaikan.
Seperti pamali “jangan potong kuku di malam hari,” konon katanya akan mengalami gangguan kebatinan. Dilihat dari sudut pandang medis, diketahui tidak ada kaitannya kuku dengan sisi psikologis seseorang. Tapi, jika diambil sisi positifnya, memotong kuku di malam hari memang kurang dianjurkan karena berhubungan dengan risiko yang mungkin timbul. Bisa saja tindakan tersebut akan melukai jari-jari kita karena berhubungan dengan faktor pencahayaan.
Percaya atau tidak kembali lagi kepada diri kita masing-masing. Sebagai umat beragama segala sesuatunya tetap harus kita percayakan pada Tuhan Yang Maha Esa. Pantangan atau pamali ini dapat kita jadikan sebagai pengetahuan bahwa Indonesia Negara yang kita cintai ini memiliki banyak sekali tradisi dan kebiasaan unik yang patut kita lestarikan.
Artikel diolah dari berbagai sumber.
Data Terkait:
Tidak Ada Komentar