Konvoi Santa Claus dan Sinterpit Di Papua
Setiap bulan Desember masyarakat Nasrani di Papua selalu melakukan tradisi yang sangat unik. Tradisi ini disebut dengan konvoi Santa Claus dan Sinterpit. Konvoi Santa Claus dan Sinterpit dilakukan oleh para pemuda Gereja untuk menyambut Natal dengan menggunakan atribut kostum Santa Claus dan bagi mereka yang bertugas menjadi Sinterpit, mereka akan mewarnai tubuh nya menjadi hitam dengan menggunakan oli atau pewarna yang aman untuk kulit. Selain Santa Claus dan Sinterpit hadir juga sosok ibu peri yang ikut meramaikan konvoi tersebut.
Sinterpit atau yang dikenal juga dengan sebutan “Zwarte Piet (Piet Hitam)” sendiri merupakan sebutan bangsa Belanda untuk seorang budak. Menurut sejarahnya, Zwarte Piet sering memukul anak-anak yang nakal dengan tongkat atau rotan lalu memasukan mereka ke dalam karung. Tapi tenang saja, dalam konvoi ini para Sinterpit tidak akan memukul anak-anak seperti lagenda aslinya kok!
Konvoi mulai dilakukan pada sore hari hingga petang dengan berkeliling kota menggunakan mobil dan motor serta diiringi lagu-lagu natal. Selain itu Santa Claus dan Sinterpit juga mengunjungi rumah para anggota jemaat Gereja yang memiliki anak kecil berumur 5-10 tahun. Tujuannya adalah untuk menakuti anak-anak kecil yang nakal dan suka melawan orang tua dengan mengatakan jika Sinterpit akan menculik mereka dengan memasukan mereka ke dalam karung.
Tapi tenang saja, Sinterpit tidak benar-benar menculik ataupun memukul anak-anak. Sinterpit hanya menakut-nakuti saja agar para anak-anak tidak nakal dan tidak melawan orang tua lagi. Setelah itu Santa Claus dan Ibu Peri akan memberikan hadiah yang telah disiapkan sambil memberikan nasihat kepada anak-anak kecil agar hormati orang tua dan berjanji untuk tidak nakal kembali.
Tradisi ini selalu dinantikan oleh seluruh masyarakat Papua, bukan hanya mereka yang beragama Nasrani, tetapi juga yang beragama Muslim, Hindu maupun Budha.
Data terkait:
Tidak Ada Komentar