Bulu Parhalaan, Sistem Penanggalan Masyarakat Batak Toba dengan Media Bambu
Sejak dahulu, masyarakat Indonesia sudah mengenal ilmu perbintangan atau astronomi. Masyarakat zaman dahulu banyak memanfaatkan ilmu astronomi untuk membantu pekerjaan mereka, seperti menentukan arah mata angin dan menentukan datangnya bulan baru. Meskipun dilakukan secara tradisional dan turun temurun, masing-masing suku memiliki cara tersendiri dalam mempelajari dan menerapkan ilmu astronomi ini. Sehingga, masing-masing daerah memiliki sistem penanggalan yang berbeda.
Salah satu masyarakat yang memanfaatkan ilmu astronomi dan memiliki sistem penanggalan sendiri adalah masyarakat Batak Toba. Masyarakat ini memiliki perhitungan kalender yang ditulis pada bambu (Bulu Parhalaan), tulang (Holi Parhalaan), serta kulit kayu (Pustaha Parhalaan) dan disebut dengan Kalender Peramalan Batak (Parhalaan). Kalender ini juga digunakan untuk menentukan hari baik dan hari buruk untuk sebagai pedoman pelaksanaan sebuah tradisi.
Bulu Parhalaan ditulis di sepasang tabung bambu dan diukir dengan motif kalajengking besar, kadal, dan dua lipan.
Selain kalender bambu ada pula kalender Tulang Batak (Holi Parhalaan) yang diukirkan di atas tulang kaki babi, sapi, atau kerbau dengan gambar kadal dan naga. Tulang bagian kaki dipilih karena tulang di bagian tersebut keras dan tidak mudah pecah saat diukir. Selain berisi sistem penanggalan Batak, kalender ini juga berisi sistem arah mata angin.
Ada juga Pustaha Parhalaan, penanggalan ini biasanya menggunakan media kulit kayu yang berasal dari pohon alim atau hau alim (aquilaria malaccensis) dengan panjang dan lebar kurang lebih 40 cm dan 30 cm. Pustaha Parhalaan ditulis menggunakan alat yang terbuat dari daun enau bernama Tarugi. Kemudian, untuk membuat tinta yang dikenal dengan nama Baja, getah berbagai macam tumbuhan dicampur dengan kayu yang telah dibakar. Selain terbuat dari campuran getah dan kayu, Baja juga dapat dibuat dari endapan asap pembakaran pohon damar.
Sistem penanggalan Batak Toba memiliki nama-nama bulan, hari, dan arah mata anginnya. Dalam Parhalaan, dikenal 8 arah mata angin yang terdiri atas empat induk mata angin dan empat anak mata angin. Kedelapan nama arah mata angin ini, yaitu Purba (Timur), Anggoni (Tenggara), Dangsina (Selatan), Nariti (Barat Daya), Utara (Utara), Manabila (Barat Laut), Pastima (Barat), dan Irisanna (Timur Laut).
Nama-nama bulan dalam Parhalaan dinamai sesuai urutan angka Batak dari bulan pertama hingga bulan kesepuluh. Sedangkan bulan kesebelas dan kedua belas disebut dengan bulan li dan bulan hurung. Berikut adalah nama-nama bulan dalam penanggalan Batak Toba:
Nama Bulan dalam Parhalaan | Bulan ke- | Bulan Masehi |
Si Paha Sada | 1 | April |
Si Paha Dua | 2 | Mei |
Si Paha Tolu | 3 | Juni |
Si Paha Opat | 4 | Juli |
Si Paha Lima | 5 | Agustus |
Si Paha Onom | 6 | September |
Si Paha Pitu | 7 | Oktober |
Si Paha Walu | 8 | November |
Si Paha Sia | 9 | Desember |
Si Paha Sampulu | 10 | Januari |
Si Paha Sampulu Sada (Li) | 11 | Februari |
Si Pada Sampulu Dua (Hurung) | 12 | Maret |
Dalam Parhalaan juga diatur pembagian waktu. Masing-masing bagian waktu memiliki nama tersendiri.
- Binsar Mata Ni Ari: Matahari Terbit
- Tarbakta: Satu Jam Setelah Matahari Terbit
- Tarbakta Raja: Satu Jam Sebelum Matahari Terbit
- Moraos: Satu Jam Sebelum Siang
- Tingkos: Siang Hari
- Guling: Dua Jam Setelah Siang Hari
- Guling Dao: Empat Jam Setelah Siang Hari
- Potang: Lima Jam Setelah Siang Hari
- Lusut Mata Ni Ari: Matahari Terbenam
- Atia Mardahan: Senja
- Atia Mangan: Waktu Makan Malam
- Sampe Modom: Waktu Tidur
- Tonga Bomging: Tengah Malam
- Menjalang Andostrang: Subuh
- An dos Siang: Pagi
Waktu dalam 24 Jam | Artinya |
Binsar Mata ni Ari | Pukul 06.00 |
Pangului | Pukul 07.00 |
Tarbakta | Pukul 08.00 |
Tarbaktaraja | Pukul 09.00 |
Sagang | Pukul 10.00 |
Humarahos | Pukul 11.00 |
Hos | Pukul 12.00 |
Guling | Pukul 13.00 |
Guling Dao | Pukul 14.00 |
Tolu Gala | Pukul 15.00 |
Dua Gala | Pukul 16.00 |
Sagala | Pukul 17.00 |
Mate Mate ni Ari | Pukul 18.00 |
Samon | Pukul 19.00 |
Hatiha Mangan | Pukul 20.00 |
Tungkap Hudon | Pukul 21.09 |
Sampe Modom | Pukul 22.00 |
Sampe Modom na Bagas | Pukul 23.00 |
Tonga Borngin | Pukul 24.00 |
Haroro ni Panangko | Pukul 01.00 |
Tahuak Manuk I | Pukul 02.00 |
Tahuak Manuk II | Pukul 03.00 |
Buha-Buha Ijuk | Pukul 04.00 |
Torang Ari | Pukul 05.00 |
Sistem penanggalan Suku Batak Toba atau Parhalaan ini digunakan sebagai penentu hari baik dan hari buruk. Hal ini dijadikan pedoman dalam melaksanakan upacara-upacara adat seperti upacara kelahiran, upacara pernikahan, upacara saat memasuki kediaman yang baru, upacara yang berkaitan dengan pertanian, dan lain sebagainya.
Referensi:
Batak Culture – Kalender Orang Batak Partingkion Ni Halak Batak
Market Medan – Kalender Almanak Batak Simalungun dan Parhalaan Batak Toba
Pelawi, Kencana S.; Sitanggang, Hilderia; Tobing, Nelly (1992/1993). Parhalaan Dalam Masyarakat Batak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara.
Tidak Ada Komentar